Selasa, 23 April 2013

Laporan Herbarium Alang - Alang


HERBARIUM



LAPORAN


OLEH:

YAN PIETER
100301034
AET-I / II











LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB GULMA
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS TANAMAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

KATA PENGANTAR





Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulisdapat menyelesaikan laporan ini.
Judul laporan ini Herbarium sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada  kesempatan  ini  penulis  mengucapkan  terima  kasih  kepada  Ibu Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku Dosen pengajar mata kuiah dasar perlindungan tanaman serta para asisten yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


          Medan,    April  2011


                                                                            Penulis








                      
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………....ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………….…1
Tujuan Penulisan…………………………………………………  1
Kegunaan Penulisan………………………………………………          2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman……………………………………………….......3
Habitat dan Penyebaran………..………………………………....          3
Pengendalian……………………………………………….……...4
HERBARIUM
                  Pengertian………………………………………………………....5
                  Kegunaan……………………………………………………….... 5
                  Pembagian Herbarium………………………………………….... 5
                  Basah………………………………………………………...........         5
                  Kering………………………………………………………......... 6
                  Cara Pembuatan……………………………………………….…..6      
BAHAN DAN METODE
                  Tempat dan waktu Percobaan……………………………….……..9
                  Bahan dan Alat……………………………………………..……...9
                  Prosedur Percobaan……………………………………….…....... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil……………………………………………….........................................  11
Pembahasan……………………………………….…………......................... 11
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

 
PENDAHULUAN


Latar Belakang



Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama daerah seperti alalang, halalang (Min.), lalang (Mly., Md., Bl.), eurih (Sd.), rih (Bat.), jih (Gayo), re (Sas., Sumbawa), rii, kii, ki (Flores), rie (Tanimbar), reya (Sulsel), eri, weri, weli (Ambon dan Seram), kusu-kusu (Menado, Ternate dan Tidore), nguusu (Halmahera),dll. ( Nasution,1986 )
Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak suku Panicoideae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bladygrass, cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail,malai bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya yang tajam melukai. (Anonimus,2011)
Dasar Perlindungan Tanaman merupakan cara untuk mencegah adanya hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman sehingga menurunkan hasil dari tanaman tersebut. Perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara kultur teknis, Mekanis, penggunaan musuh alami atau dengan pengendalian hama terpadu (PHT) yang sedang digalakkan pemerintah. (Triharso,1996)
Imperata cylindrica merupakan gulma yang sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan,terbakar dan hara yang miskin,tetapi tidak toleran terhadap air tergenang dan suasana ternaung.tumbuh pada tanah-tanah kurus yang terbuka atau sedikit ternaung.daerah penyebarannya sangat luas yaitu meliputi    0-2700 m diatas permukaan laut,di daerah tropik dan sub tropik.sangat mudah berkembang biak dan tersebar letaknya melalui rimpang dan biji yang sangat ringan. (Nasution, U, 1986)


Tujuan Penulisan


1.      Untuk mengetahui cara mengawetkan spesies tumbuhan dengan cara mengeringkan.
2.      Untuk mengumpulkan atau mengenal tumbuh-tumbuhan dari lapangan dan mencoba mengisi catatan tentang tumbuh-tumbuhan yang hidup sebanyak mungkin dan membuat herbarium.


Kegunaan Penulisan


Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
Sebagai lembaga dokumentasi, merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.
Sebagai pusat penyimpanan data, ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.













TINJAUAN PUSTAKA


Botani Tanaman



Adapun  Menurut  (Plantamor ,2011)  sistematika  dari  tumbuhan  Alang – alang (Imperata cylindrica L. ). adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae                                                                                                                    
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminales
Family             : Gramineae
Genus              : Imperata
Spesies            : Imperata cylindrica L.     


Habitat dan Penyebaran


Imperata cylindrica merupakan gulma yang sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan,terbakar dan hara yang miskin,tetapi tidak toleran terhadap air tergenang dan suasana ternaung.tumbuh pada tanah-tanah kurus yang terbuka atau sedikit ternaung.daerah penyebarannya sangat luas yaitu meliputi    0-2700 m diatas permukaan laut,di daerah tropik dan sub tropik.sangat mudah berkembang biak dan tersebar letaknya melalui rimpang dan biji yang sangat ringan. (Nasution, U, 1986)


Pengendalian


Pengendalian gulma ini dengan metode mekanis adalah dengan mencabut atau membabat. Dengan tujuan untuk merusak sistem perakaran dengan alat-alat pertanian sehingga gulma mati. Melalui metode fisis dengan membakar gulma  dan melalui metode kimia dengan herbisida, misalnya : glyphosate, dalapon, dl. (Nasution, U, 1986)


Cara kultur teknik dalam pengendalian gulma ini yaitu dengan memanfaatkan areal pertanaman yang terbuka untuk menanam jenis tanaman sela yang tidak mengganggu pertumbuhan tanaman kopi, seperti penanaman cabai di sela-sela barisan kopi (sebelum naungan menutupi tanaman kopi) dan penanaman pohon pelindung sementara yang mempunyai nilai ekonomi seperti kacang panjang, ketimun, pisang dan tanaman lainnya. Sistem seperti itu juga dapat digunakan untuk mengendalikan jenis gulma lainnya. Budidaya tanaman cabai di sela-sela barisan kopi merupakan cara yang efektif untuk memanfaatkan lahan dan meningkatkankan pendapatan petani sampai menunggu tanaman kopi mengahasilkan. Selain itu, dalam budidaya cabai ini petani sering menggunakan mulsa plastik untuk mencegah tumbuhnya gulma karena permukaan tanah tertutupi oleh mulsa dan gulma tidak mendapatkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis serta dapat mencegah penguapan air agar tanah tetap lembab. Dari teknik budidaya cabai ini, secara tidak langsung dapat mengendalikan gulma Imperata cylindrica di areal pertanaman kopi dan telah menerapkan tehnik pengendalian secara kultur teknik . ( Nasution, U 1986 )




















HERBARIUM




Pengertian


Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.


Kegunaan



Material herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan dapat bertahan lebih lama, kegunaan herbarium lainnya yaitu sebagai berikut :
1. material peraga pelajaran botani
2. Material penelitian
3. Alat pembantu identifikasi tanaman
4. Material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia
5. Bukti keanekaragaman
6. Spesimen acuan untuk publikasi spesies baru


Pembagian Herbarium


Herbarium basah


Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Spesiesmen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda. (Tjitoseopomo,2005).


Herbarium Kering


Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya. (Ardiawan,1990).


Cara Pembuatan


1.Pengumpulan
Pengumpulan Tumbuhan dilakukan dengan melakukan eksplorasi di lapangan. Selanjutnya masukan tumbuhan Alang – alang (Imperata cylindrica L. )yang diperoleh kedalam vasculum, atau dimasukan saja kedalam halaman sebuah buku yang tebal. Ambilah terutama dari bagian tumbuhan yang berbunga atau malahan yang berbuah. Buatlah sedikitnya 2 sampel yang lengkap dari tiap jenis. Bagian dari tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya 30-40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih terlalu besar. Lihatlah bagian tumbuhan yang berada dibawah tanah. Sediakan buku untuk mencatat kehususan seperti : warna, bau, bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tersebut. (Steenis, 2003).


2.Mengeringkan


Tumbuhan Alang – alang (Imperata cylindrica L. ) diatur diatas kertas kasar dan kering, yang tidak mengkilat, misalkan kertas Koran. Letakan diantara beberapa halaman yang dobel dan sertakan dalam setiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman tersebut. Juga biasanya digunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan tumbuh-tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan buku catatan lapangan. Tumbuh-tumbuhan yang berdaging tebal, direndam beberapa detik dalam air yang mendidih. Lalu tekanlah secara perlahan-lahan. Gantilah untuk beberapa hari kertas pengering tersebut. Ditempat yang kelembabannya sangat tinggi, dapat dijemur dibawah sinar mata hari atau didekatkan di dekat api (diutamakan dari arang). Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi dan juga terasa kaku. Diusahakan bahwa seluruh sample terus-menerus dalam keadaan kering. Makin cepat mereka mongering, maka makin baik warna itu dapat dipertahankan.  (Steenis, 2003).
3.Pengawetan


Tumbuhan Alang – alang (Imperata cylindrica L. ) yang dikeringkan selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang jamur. Oleh karena itu, usahakanlah penyimpanan herbarium di tempat kering dan jemurlah koleksi tersebut sekali-kali dibawah sinar matahari. Terhadap serangan serangga, yang juga memakan tumbuh-tumbuhayang sangat kering, dapat dipakai bubukan belerang, naphtaline, atau yang lebih baik dapat digunakan paradichloorbenzol. Kedua zat yang terakhir ini menguap langsung dan terus-menerus. (Tjitrosoepomo, 2005).


4.Pembuatan Herbarium


Tempel Tumbuhan Bandotan Alang – alang (Imperata cylindrica L. )  yang di herbariumkan, kalau dapat pada helaian yang terlepas, sehingga kelak dapat ditempatkan menurut selera yang dikehendaki. Tempelkan nama pada kertas dengan kertas label. Tuliskan diatas kertas herbarium data mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka tumbuh, nama penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies. (Steenis, 2003).






BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan


            Percobaan dilakukan pada tanggal 14 maret 2011 sampai dengan 28 maret 2011 di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian kurang lebih 25 mdpl.


Bahan dan Alat


Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1.      Imperata cylindrica L. sebagai bahan percobaan
2.      Lem untuk menempelkan hasil herbarium.
3.      Label untuk menandai bagian-bagian tumbuhan yang diherbariumkan.
Adapun alat yang digunakan adalah :
1.      Alat tulis untuk mencatat hasil herbarium.
2.      Gunting untuk menggunting bahan herbarium yang terlalu besar.
3.      Kertas jeruk untuk tempat hasil herbarium.
4.      Kertas Koran untuk membungkus bahan herbarium agar cepat kering.




Prosedur Percobaan


1.      Diambil bahan herbarium yang akan diawetkan.
2.      Dibersihkan bahan herbarium dari kotoranyang masih melekat agar hasil herbarium maksimal.
3.      Diletakkan di kertas Koran bahan yang akan diherbariumkan agar kandungan air cepat kering.
4.      Ditimpa dengan kertas Koran lalu ditambahi dengan beban agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat dan tanaman menjadi lebih cepat kering.
5.      Dibiarkan minimal 2 minggu atau hingga bahan herbarium benar-benar kering dan terasa kering bila disentuh.
6.      Ditempelkan hasil herbarium pada kertas jeruk lalu setiap bagian-bagiannya diberi label.
7.      Disimpan herbarium dalam plastik setelah di tempel dan diberi data yang jelas, agar tidak terinfeksi dari jamur.









HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil


Dari percobaan dapat diamati secara jelas bentuk dan ciri dari tumbuhan Alang – alang (Imperata cylindrica L. )  yaitu dengan melihat morfologinya, di mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
 Akar Alang – alang (Imperata cylindrica L. )  memiliki sistem perakaran serabut dengan banyak cabang. Akar tersebut keluar dari pangkal batang yang tegak dan kadang-kadang terbaring. Berwarna coklat keputih-putihan. Akarnya tidak memiliki tudung akar.
 Batang Alang – alang (Imperata cylindrica L. )  berbentuk bulat dan tegak dan berambut panjang. Biasanya pada batang bandotan ini ditemukan rambut-rambut halus yang letaknya jarang. Berwarna hijau, dan rambut-rambut halus yang tumbuh tersebut berwarna hijau.
Daun Alang – alang (Imperata cylindrica L. )  berbentuk pita dengan pangkal menyempit, letaknya saling berhadapan dan bersilang, panjang 1 cm-10 cm, lebar 0,5 cm-6 cm,  tepi daunnya beringgit kasar, dan di atas helaian daun terdapat bulu-bulu halus. Tulang daun bandotan menyirip, dan ujung daun tersebut runcing.
Bunga Alang – alang (Imperata cylindrica L. )  berwarna kekuning-kuningan dan mempunyai rambut paus – paus yang halus. Daun mahkota berbentuk tabung sempit hampir menyerupai.bentuk elips
Didalam pembuatan herbarium tanaman ini perlu dijaga suhu dan aerasi udara pada tanaman yang akan dikeringkan suhu yang terlalu tinggi atau rendah akan mengakibatkan bahan menjadi rusak atau terserang jamur, sedangkan apabila aerasi udara tidak bagus maka bahan herbarium akan butuh lama untuk kering dan akhirnya dapat menjadi rusak.


Pembahasan


            Herbarium bermanfaat untuk memberikan informasi penting dari hasil yang diperoleh,antara lain : Sistematika,ciri morfologi,habitat serta status dan penyebaran yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut serta teknik pengendaliannya.hal ini sesuai dengan (Ardiawan,2000) yang menyatakan bahwa dengan membuat herbarium,kita dapat mengetahui informasi – informasi dari suatu spesies tumbuhan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan herbarium adalah salah satunya kertas yang digunakan harus dapat menyerap air,seperti kertas koran,hal ini sesuai dengan (Ardiawan,2010) yang menyatakan bahwa sebaiknya dalam membuat herbarium digunakan kertas koran karena dapat menyerap air.
Kesulitan didalam pembuatan herbrium ini adalah suhu yang tidak menentu pada kediaman praktikal serta adanya gangguan serangga atau hewan pengerat.suhu yang tidak menentu dapat memicu tumbuhnya jamur pada bahan herbarium.hal ini sesuai dengan (Ardiawan,2010) yang menyatakan bahwa kesulitan dalam membuat herbarium biasanya adalah suhu dan gangguan serangga.
Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan herbarium adalah lebih kurang selama 2 minggu pada suhu kmar. Hal ini sesuai dengan literature Meynyeng (2010) yang menyatakan pembuatan herbarium biasanya membutuhkan waktu lebih kurang 2 minggu. Suhu yang digunakan pada pembuatan herbarium adalahsuhu kamar berkisar 30--35° C.
Suhu yang digunakan pada pembuatan herbarium adalahsuhu kamar berkisar 30--35° C. Hal ini sesuai dengan literature Meynyeng (2010) yang menyatakan pembuatan herbarium biasanya membutuhkan waktu lebih kurang 2 minggu. Suhu yang digunakan pada pembuatan herbarium adalahsuhu kamar berkisar 30--35° C.














KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan


1. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan herbarium adalah lebih kurang selama 2 minggu pada suhu kamar
2. Suhu yang digunakan pada pembuatan herbarium adalah suhu kamar berkisar 30--35° C..
3. Herbarium bermanfaat untuk memberikan informasi penting dari hasil yang diperoleh,antara lain : Sistematika,ciri morfologi,habitat serta status dan penyebaran.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan herbarium adalah salah satunya kertas yang digunakan harus dapat menyerap air,seperti kertas koran.
5. Kesulitan didalam pembuatan herbrium ini adalah suhu yang tidak menentu pada kediaman praktikal serta adanya gangguan serangga atau hewan pengerat.


Saran


Adapun saran dari pembuatan herbarium adalah sebaiknya dalam membuat herbarium perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan herbarium diantaranya adalah suhu,waktu,faktor,dan kesulitan.sehingga dapat diperoleh hasil herbarium yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA


Ardiawan,2010.Diakses dari http://ardiawan-1990.blogspot.com/2010/10/koleksi-membuat herbarium.html.pada tanggal 13 April 2011.Pukul 15.00
http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//Alang – alang//Diakses tanggal 10                April 2011
http://www.krcibodas.lipi.go.id/ Diakses tanggal 10 April 2011

Matnawy,H.1989.Perlindungan Tanaman.Kanisius.Yogyakarta

Meynyeng,2010.Herbarium.Diakses dari http://meynyeng. wordpress.com/2010 /03/26/herbarium/.pada tanggal 13 April 2011
Moenandir,J.1993.Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian.Grafindo Persada.Jakarta
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatra  
           Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 
           Tanjung Morawa (P4TM) :  Tanjung Morawa.
O.P.Sharma.1993.Plant Taxonomi.New Delhi tata McGraw-Hill Publishing Company Limited
Setyamidjaja,D.1993.Karet,Budidaya dan Pengolahan.Kanisius.Yogyakarta
Steenis, C.G.G.J.Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha : Jakarta.
­­­Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada
           University Press : Yogyakarta.
Triharso,1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta